"Kenapa
hal buruk ini terjadi padaku... huhuhu..
"Nina
cemberut dan gusar sambil tetap berusaha membuka pintu WC yang terkunci.
Sekitar 10 menit yang lalu Nina masih menghirup udara bebas dan segar di luar sana. Tapi saat ini, Nina
terkurung dan terkunci di WC yang pengap dengan pintu yang macet.
"Tau begini aku bawa handphone, jadi bisa minta
tolong temen. Tapi masa pergi ke WC bawa handphone? Lagian siapa yang tau kalo ada
kejadian kayak gini?"
Nina tiba-tiba teringat cerita mengenai WC angker di
lantai 4 sekolahnya. Kata orang-orang, WC lantai 4, tepatnya WC di dekat ruang
laboratorium pernah ada seorang murid yang bunuh diri karena gagal ujian. Murid
itu menyayat pergelangan tangannya dengan pisau yang dipinjam dari Mang Udin,
tukang jualan bakso di kantin. Biasanya Nina rela menempuh perjalanan jauh dari
kelasnya 4IPA 2 hanya untuk ke WC di lantai 3. Kali ini karena tak kuat menahan
sakit perut yang melilit gara-gara makan pempek Mang Totong, akhirnya Nina
memberanikan diri ke WC yang terkenal angker.
Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki.
Tap... tap... tap...
Bulu kuduk Nina merinding. Ia membayangkan kalau
hantu murid yang bunuh diri itu perlahan menghampirinya.
"Mamaaaa, tolooong... aku ngga mau mati
muda," teriak Nina.
"Tok... tok... tok..." Pintu WC diketuk. Nina mundur ke belakang meraih
gayung sambil mengambil kuda-kuda pertahanan, saat SD ia pernah belajar karate
meskipun cuma 1 bulan.
"Hai, kamu baik-baik aja kan di dalem?" tanya suara laki-laki dari luar WC. Hening sesaat.
Nina menelan ludah. Perlahan Nina menghampiri asal suara tersebut.
"Kamu baik-baik aja kan ? Aku denger tadi kamu teriak."
Bola mata Nina membesar. Hidungnya kembang kempis dan
bibirnya bergetar karena terharu. Tangisnya pun pecah.
"Tolongin aku, huhu, aku nggak bisa keluar dari
WC ini nih..." kata Nina sesenggukan
"Sebentar,
aku panggil pak guru sama penjaga sekolah. Takutnya pintu mesti
dibongkar."
"Jangan,
jangan tinggalin aku..."
Kini bukan mati
muda lagi yang Nina takutkan, tapi Nina tidak mau jika ada guru atau
orang lain yang tahu. Lebih parah lagi diketahui tim jurnalistik dan tim
penyiaran. Nina tidak mau jadi sampul depan majalah sekolah sebahai berita
"Murid cantik yang terkurung di dalam WC" atau cerita
penyelamatan dirinya yang disiarkan di radio sekolah. Bisa-bisa dia mati karena
malu.
Coba mundur
ke belakang, aku coba dobrak pintunya, kata laki-laki tadi lagi. Nina
menurut.
Brakkkkk...
Brakkkkk...
Beberapa kali
laki-laki itu mencoba mendobrak pintu WC hingga pintu itu sedikit rusak di
bagian bawahnya. Tapi pintu belum terbuka juga. Nina membayangkan ia seperti
Rapunzel yang diselamatkan oleh sang pangeran di sebuah istana.
"Romantis." Nina sedikit berkhayal.
"Aduh,
pintunya susah banget dibukanya. Badan aku udah pada sakit, aku istirahat
bentar, ya."
"Hai,
kamu baik banget. Makasih ya, kamu nggak ninggalin aku."
"Panggil
aku Deni aja, aku anak 2IPA 1."
"Oh
ternyata adik kelas..." kata Nina dalam hati. Nina merasakan jika
pintu itu sedikit berat. Sepertinya Deni bersandar di belakang pintu WC itu.
Nina kemudian meraba-raba pintu seperti adegan di sinetron dan video klip.
"Maaf ya
Den karena aku kamu jadi kelelahan," bisik Nina.
Tiba-tiba Nina terdiam, tangannya
seperti merasakan sesuatu di bawak kenop pintu tersebut.
Ceklek.
Nina baru sadar.
Karena terburu-buru, selain mengunci kenop pintu WC, dia juga mengunci slot WC
yang letaknya di bawah kenop pintu. Dan saat hendak keluar Nina hanya membuka
kenop pintunya saja tanpa membuka slotnya.
"Deni,"
Nina keluar dari WC sambil menggaruk-garuk kepalanya. Pipinya memerah.
Maaf ya, Den,
aku lupa slot kuncinya belum aku buka." Nina nyengir.
Deni dengan muka kusut dan tubuh
basah karena keringat hanya menghela napas panjang sambil menggelengkan kepala.
***
===
No comments:
Post a Comment